Kejadian ini terjadi kira-kira 1 bulan yang lalu. Ketika itu saat
liburan semester 1, aku pergi ke kota P dimana di kota itu aku
dilahirkan. Memang kepergianku itu sudah lama kurencanakan dandidorong
oleh sepupu ibuku yang di kota P, (aku memanggilnya dengan sebutan mama,
sedangkan ibuku sendiri kupanggil ibu). Karena aku selalu dimanja dan
menganggapnya benar-benar seperti ibuku sendiri. Baiklah aku akan
menceritakan sedikit tentang keluarga mamaku ini. Ia berumur lebih
kurang 43 tahun, wajahnya lumayan cantik, badannya tinggi kira-kira 167
cm, ukuran dadanya lumayan besar 36 C, terlihat sangat menantang juka
berdiri tegap. Rambutnya ikal sebahu lebih sedikit, pinggangnya ramping
dan pantatnya aduhai cukup menggairahkan diusianya yang sudah melebihi
40 tahun ini. Dan mengenai suaminya, bekerja di sebuah perusahaan yang
cukup terkenal, dan hanya akan pulang 3 hari dalam 2 minggu,
anak-anaknya yang pertama cewek umur 21 tahun sekarang sedang studi di
luar propinsi kota P, dan yang kedua cowok sebaya denganku tapimasih
sekolah di salah satu Sekolah Kejuruan di kota P.
Aku sampai di kota P, hari senin pukul 03:00 siang, karena aku memang
sengaja berangkat dengan perkiraanku sampai di kota P sore hari karena
aku akan bisa istirahat di malam harinya. Tapi sialnya aku saat itu
malah tidak bisa istirahat karena aku selalu diganggu sepupuku yang
masih sekolah itu. Dengan ajakan kemana-mana. Tapi memang dasar suka
bermain, akhirnya aku pergi juga malam harinya. Aku memang sangat rindu
akan keadaan kota P, karena memang sudah 3 tahun lebih aku tidak pernah
ke kota P, ditambah lagi dengan saudaraku ini yang karena sebaya dan
setipe denganku, sebut saja nama saudaraku itu Jermy. Malam itu, karena
aku belum istirahat dan di tambah lagi dengan pergi jalan-jalan aku
langsung tergeletak tidur sampai pagi harinya, aku terbangun kira-kira
pukul 09:00 pagi. Kulihat Jermy sudah tidak ada pasti sudah pergi
sekolah, pikirku.
Aku langsung mandi. Sehabis mandi aku berencana mau sarapan di lantai
bawah, karena memang rumah sepupuku ini memang cukup besar dan berlantai
2. Aku sampai di bawah dan melihat mama lagi di dapur tidak tahu lagi
ngapain.
Sepertinya sedang bersih-bersih, aku melihat meja makan bundar yang
terbuat dari marmer kosong tidak ada apa-apa di situ, tiba-tiba mama
datang.
“Udah bangun Hend,” tanya mama.
“Udah Ma, udah mandi lagi khan udah wangi,” sambil mengangkat tanganku.
“Belum sarapan yach.” tanya mama lagi.
“Iyach belum Ma, sediain dong Ma Hendra khan lapar.” balasku dengan manja.
“Udah kamu duduk aja di menja makan, ntar Mama sediain yang special buat Hendra,” ujarnya sambil melangkah ke dalam kamarnya.
Tak lama kemudian mama keluar, aku yang lagi bengong duduk di meja makan.
“Tunggu yach.” katanya singkat.
“Yup..” balasku.
“Sekarang kamu tutup mata biar Mama sediain buat kamu, sarapan special,” kata mama.
Tanpa banyak bertanya aku langsung saja menutup mata dan menunggu, gerangan apakah sarapan special buatku.
“Udah Mama.” tanyaku penasaran.
“Tunggu sebentar.” balas mamaku.
Aku merasa suaranya dekat sekali kalau tidak salah di meja makan, dan
tiba-tiba ia memegang kepala dari arah depan. Aku sepertinya mencium
sesuatu yang wangi yang pernah kukenal, belum habis aku melamun, mama
berkata sambil mendekatkan kepalaku ke sumber bau yang cukup wangi itu.
“Udah kamu sekarang buka mata, dan cicipi sarapan specialmu.”
“Ahh..” aku terbelalak kaget saat melihat mama sudah tidak memakai
apa-apa lagi. Ia duduk mengangkang di atas meja dari batu itu dan tangan
kanannya memegang kepalaku. Jantungku berdegub kencang melihat
selangkangan mama yang berwarna merah kekuningan, bulu halus yang
tertata rapi di sekitar tepian lubang vaginanya, buah dadanya bergelayut
indah. Penisku langsung terbangun dari tidurnya dan berdiri keras
menyesakkan celana trainingku (aku memang suka memakai celana training
di rumah).
“Ayo Sayang, cicipi sarapanmu.” katanya sambil mengedipkan sebelah
matanya. Tanpa pikir panjang, aku yang telah pernah melakukan oral seks
langsung menusukkan lidahku ke dalam vaginanya dan menyedotnya dengan
penuh nafsu. Aku menghisap vaginanya dan mengeluar-masukkan lidahku di
dalam vaginanya. “Aaah.. ehmm.. enak.. Sayang terusin.” desahnya.
Klitorisnya kuhisap-hisap, ia semakin menggelinjang dan pantatnya
terangkat sedikit, nafasku semakin memburu. Kakinya merangkul kepalaku
dan menjepitnya dengan keras, aku nyaris kehabisan nafas. Tangan kananku
mencari lubang pantatnya dan memasukkan jari tengahku ke dalamnya dan
mengeluar-masukkan di lubang itu. “Ah.. ah.. ah.. oohh.. nikmat sekali
Sayang..” ia semakin menggelinjang.
Kira-kira 12 menit lidahku bergerilya di vaginanya, aku turun ke bawah
dan mengangkat kakinya. Aku melihat lubang anusnya berwarna kecoklatan
dan langsung lidahku bermain di sana dan ia seperti buang air menahan
nafas dan lubang pantatnya terbuka sedikit demi sedikit dan memudahkan
permainan lidahku di dalam anusnya.
Setelah beberapa saat aku berdiri kemudian membuka pakaianku, ia hanya
memandang sampaI aku membuka celana trainingku dan ia melotot tak
bekedip melihat penis pusakaku telah berdiri tegap dan menantang.
“Wow.. besar sekali.” gumannya lembut, tapi masih dapat kudengar.
Pusakaku ini memang kuakui besar untuk remaja seusiaku, panjangnya
kira-kira 20 cm dengan diameter 6 cm. Ia langsung tengkurap di atas meja
makan dan memegang penisku dan langsung mengeluarkan lidahnya.”Ah..
ehmm..” desahku, mulutnya mulai berusaha memasukkan penisku ke dalam
mulutnya tapi sepertinya kemaluanku terlalu besar untuk bisa muat di
dalam mulutnya tapi karena ia tetap berusaha, aku menyentakan pinggulku
ke depan, “Ehghhkk..” ia tersedak tapi kemaluanku berhasil masuk,
walaupun sedikit sakit karena terkena giginya. Sepertinya mulutnya cuma
pas buat ujungnya saja dan tanpaknya ia kepayahan dengan mulutnya tetap
berisi kemaluanku. Aku mulai memaju-mundurkan pantatku seolah-olah aku
sedang menyetubuhi vaginanya, tapi tiba-tiba ia mencengkeram pahaku
dengan kuat. Pandangannya seperti memohon untuk mengeluarkan kemaluanku
dari mulutnya dan akhirnya aku mengeluarkan dari mulutnya, aku hanya
tersenyum melihat ia megap-megap. Setelah kemaluanku keluar dari
mulutnya, “Hend.. kamu kasar..” katanya kembali memegang dan mengelus
penisku dan aku menggelinjang ketika ia mulai kembali menghisap kepala
kemualuanku, “Ah.. enak.. Ma.. Ma..” tanganku memegang rambutnya yang
ikal dan tanpa sadar aku mengacak-ngacak rambutnya.
Lalu aku naik ke atas meja makan itu dan melakukan posisi 69 dan aku
menyedot kembali vaginanya, belum lama aku menjilati vaginanya yang
berbau wangi itu tubuhnya mulai mengejang dan mulutnya berhenti
menjilati penisku dan kemudian ia memekik lirih. “Ohh.. ahh.. enakk..
Sayang..” Kemudian dari vaginanya keluar cairan putih. “Ser.. slur..
slur..” Cairan itu banyak sekali dan aku langsung menjilatinya dn
menelan sampai habis dan membersihkan tepiannya. Ia mulai lemas dan aku
rasanya mulai tak sabar untuk memasukkan penisku ke dalam lubang
kemaluannya yang sudah mengkilap karena ludah dan maninya.
Aku turun dan menarik kakinya sehingga kedua kakinya terjuntai ke bawah
dan aku mengarahkan kemaluanku ke vaginanya. “Yach.. masukkan sekarang
Sayang..” nafas mama semakin memburu berartiia kembali bernafsu dan,
“Bles.. shh..” penisku yang besar masuk ke dalam vaginanya
tanpakesulitan lagi. “Ah.. beh.. shettss..” pekik mamaku merasakan
kemaluanku amblas di dalam lembah kenikmatannya. Aku mulai mengocoknya.
“Bleb.. bleb..” begitu bunyi ketika aku mulai mengocok kemaluanku dengan
penuh semangat. Mama hanya menggigit bibirnya menahan nikmat. Tanganku
meremas kedua payudaranya yang menantang itu, putingnya yang besar
berwarna coklat tua kuhisap dan meremasnya dengan kuat. “Akh.. ahh..
nikmhhmmat Sayanngg..” sambil memilin keduaputingnya secara bergantian,
goyangan pinggulku kupercepat dan bergerak sangat beraturan. Aku naik ke
atas dan mencium bibirnya dan memainkan lidahku di dalam rongga
mulutnya dan lidah kami saling memilin dengan bibir saling menghisap.
Kemaluanku terasa disedot-sedot oleh diding vaginanya dan terasa
dipijit.
“Ma.. ahh.. enak sekali Ma..” aku semakin bersemangat.
“Heendraa.. lebih kencang..” rintihnya memberi semangat kepadaku, aku
merasakan kemaluanku disedot dan badannya mulai mengejang kaku, aku tahu
pasti ia sudah hampir pada puncaknya, aku mempercepat gerakanku dengan
nafas ngos-ngosan dan tiba-tiba ia memekik sambil mencekeram bahuku
dengan kuat.
“Ah.. Mama keluuaarr Sayang..” nafasnya turun naik, penisku terasa
dijepit kuat sekali dan terasa semburan cairan kental panas yang banyak
di sekitar kemaluanku dan sedotannya membuatku merasakan sesuatu pada
diriku. Badanku terasa melayang dan “Ah.. ah.. owwhh.. Maammaaku keluar
Ma..” teriakku di rumah yang besar ini. Ia malah mendekapku dengan kuat.
Kemaluanku mengeluarkan sperma dengan banyak sekali mungkin sampai 7
kali sembur di dalam vaginanya, hingga spermaku memenuhi rahim mamaku,
terasa penuh oleh campuran cairan mamaku dan spermaku sendiri.
Sepuluh menit kemudian aku mencabut kemaluanku dan mengelapnya begitu
juga badanku yang mengkilat karena keringat. Mama pun bangkit dan
kemudian aku berkata, “Wah.. enak sekali sarapan pagi special Ma..”
candaku.
“Mau nambah..” kedip mata mamaku.
“Tentu dong, sapa takut..” ujarku meremas lembut dua bukit kembarnya.
Waktu itu pukul 11:30 siang. Kemudian aku bermain lagi dengan mamaku
sepuasnya sampai Jermy pulang dan kemudian aku, mama dan Jermy makan
siang bersama. Dalam makan siang aku selalu memandang mama seolah aku
tidak percaya kalau aku telah melakukan permainan seks dengannya.
Siang itu, Jermy harus pergi praktek di tempat yang ditunjuk sekolah karena itu ia harus pergiselama seminggu.
“Ma.. Jermy akan pergi praktek lapangan kira-kira seminggu.” izin Jermy pada mamanya.
“Yach nggak pa-pa Sayang, khan itu keharusan.. itu khan untuk nilai lapor juga.”
“Hend.. jangan balik dulu ke A yach.. tunggu aku balik dari praktek,
baru kamu balik ke A. Kasihan khan mama sendiri, Papa khan baru balik 10
hari lagi.” kata Jermy setengah memohon, karena ia memang sayang pada
mama dan takut terjadi apa-apa pada mamanya jika ditinggal sendiri.
“Yach tentu, Jermy.” ujarku tersenyum pada mama dengan penuh arti.
Pukul 03:00 siang Jermy pergi dengan sepeda motornya dan akan kembali minggu depan.
“Ma, apa menu makan malam kita Ma..” tanyaku sambil mencolek pantatnya yang bahenol.
Sejak saat itu hampir setiap waktu hingga Jermy pulang aku melakukannya
dengan mama, baik di tempat tidur, kamar mandi, dapur, garasi dan kadang
sampai di gudang. Dan paling enak bagiku mungkin di atas meja makan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar